Juli 2011, Kota Bandar Lampung mengalami inflasi. Kelompok bahan makanan memberikan andil yang paling besar dalam pembentukan inflasi di Kota Bandar Lampung. Kemudian berturut-turut diikuti kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga. Sementara hanya satu kelompok yang menahan laju inflasi yaitu kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan. Kenaikan harga berbagai komoditi di enam kelompok pengeluaran tersebut membentuk inflasi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,82 persen.
Enam kelompok pengeluaran pada bulan Juli 2011 mengalami kenaikan indeks yang menyebabkan inflasi, dan hanya kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan yang tidak mengalami perubahan indeks. Inflasi di Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke 27 dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Sebanyak 65 kota mengalami inflasi dan hanya 1 kota yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari 2,56 persen, sedangkan inflasi terendah di Banjarmasin sebesar 0,02 persen. Deflasi terjadi di Ambon sebesar 1,20 persen.
Berdasarkan penghitungan indeks harga konsumen (IHK), inflasi terjadi karena adanya kenaikan indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik 1,73 persen; kelompok bahan makanan naik 1,64 persen; kelompok sandang naik 0,44 persen; kelompok pengeluaran kesehatan naik 0,22 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 0,03 persen; dan perumahan, air, listrik, gas, bahan bakar naik 0,01 persen. Adapun kelompok transport, komunikasi, dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks.
Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil inflasi diantaranya beras, rokok kretek filter, rokok kretek, tongkol, daging ayam ras, telur ayam ras, bayam, emas perhiasan, penyedap masakan, dan bawang merah. Inflasi tahun kalender (point to point) Juli 2011 yaitu 2,10 persen, sedangkan inflasi year on year (yoy) Kota Bandar Lampung sebesar 7,79 persen.