Setelah tiga bulan sebelumnya mengalami inflasi, Kota Bandar Lampung pada April ini mengalami deflasi. Ada tiga kelompok pengeluaran yang memberikan andil dalam pembentukan deflasi di Kota Bandar Lampung yaitu kelompok bahan makanan memberi andil deflasi sebesar 0,49 persen; kelompok sandang sebesar 0,08 persen; dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,02 persen. Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar; dan kelompok kesehatan memberikan andil positif atau menahan laju deflasi masing-masing sebesar 0,10 persen dan 0,01 persen. Sedangkan dua kelompok lainnya tidak memberikan andil pada bulan ini. Perubahan harga pada tujuh kelompok pengeluaran tersebut menyebabkan terjadinya deflasi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,48 persen.
Beberapa komoditi yang dominan memberikan andil deflasi diantaranya bawang putih, beras, emas perhiasan, kopi bubuk, tomat buah, kangkung, nagka muda, ikan tongkol segar, daun singkong, dan ikan kembung segar.
Berdasarkan penghitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), deflasi Kota Bandar Lampung terjadi karena adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan yang turun 1,70 persen; kelompok sandang turun 1,30 persen; dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau turun 0,11 persen. Sementara kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks sebesar 0,40 persen; kelompok kesehatan naik 0,40 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik 0,01 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan naik 0,01.
Deflasi Kota Bandar Lampung menempati peringkat ke-55 dari 66 kota yang diamati perkembangan harganya. Dari 66 kota, 38 kota mengalami deflasi dan 28 kota mengalami inflasi. Deflasi terbesar terjadi di Maumere sebesar 1,20 persen, sedangkan deflasi terendah terjadi di Tanjung Pinang sebesar 0,01 persen. Inflasi tertinggi dialami oleh Padang Sidempuan sebesar 0,81 persen, sementara inflasi terendah dialami Kendari sebesar 0,01 persen. Kota Bandar Lampung, berdasarkan